Usai ujian nasional SD, waktunya bagi saya untuk mencari sekolah baru ke
jenjang pendidikan SMP. Dari beberapa sekolah saya kunjungi, keputusan jatuh di
sekolah negeri yang cukup bonafite di daerah Bekasi. Setelah beberapa hari
datanglah brosur,bertuliskan Pondok Pesaantren dari salah satua teman saya.akhirnya
orang tua memberikan usulan agar mondok saja.Sempat terpikir kala itu, ”kalau
misalkan mondok, apa saja yang nantinya saya dapat?”. Tetapi, mungkin pilihan
orang tua tidaklah salah.Mereka menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang
sholeh dan bermanfaat bagi sesama. Dan akhirmya, keputusan saya bulat. Pondok
sebagai jalan juang saya selanjutnya.
Mendengar
kata ”Pondok Pesantren,” pasti sudah tak asing lagi ditelinga kita. Sebuah
tempat dimana kita menimba ilmu agama dan bagaimana cara mengaplikasikannya
dikehidupan sehari-hari. Tentunya banyak teman banyak pengalaman dan cerita
khususnya yang akan didapat.Itupun terjadi padaku sewaktu mondok di Pandeglang.
Nama saya Ari Yuwono Saputro, biasa disapa Ari oleh teman-teman.Saya berasal
dari Bekasi,begitu dengan teman sejurusan.Kami berlima dari Bekasi berkelana ke
daerah lain untuk menimba ilmu.
Pondok saya
bernama Ibad Ar Rahman.Letaknya di Pandeglang,tepatnya di jalan Cikoromoy KM 01
Cimanuk Pandeglang Banten. Terbilang cukup jauh dari rumah, mungkin bisa
memakan waktu tiga sampai empat jam untuk bisa sampai ke sini. Pondok ini
disekelilingi bentangan sawah yang indah dan diapit dua gunung (gunung karang
dan gunung pulosari) yang indah mempesona pemandangan yang selalu menawarkan
keindahan disetiap mata memandang.Seperti inilah gambaran keadaan pondokku. Disini
saya adalah santri angkatan pertama, jadi pondok saya ini masih baru,terlihat
dari bangunanya yang masih bagus.
Awal saya
mondok yaitu pada bulan Juli tahun 2010.Rasanya sedih campur senang.Sedih
rasanya meninggalkan keluarga dan sanak saudara hanya untuk menuntut ilmu.Ya
mau bagaimana lagi,selain mengharap restu orang tua dan lagipula usia saat itu
menginjak 12 tahun,sudah sepatutnya pisah dengan orang tua.Senangnya karena
dapat banyak teman baru disini,yang semua itu mencakup seluruh daerah nusantara.Ada
yang dari Padang,Lampung,Nusa Tenggara Timur,Ambon dan masih banyak lagi.Satu
hal yang terpenting lagi adalah bisa melanjutkan pendidikan dengan biaya
gratis,dari mulai asrama,sekolah,makan,dan fasilitas lain semua ditanggung oleh
donatur kami.
Karena
sudah berada di lingkup pondok,para ustadzlah yang menjadi pengganti orang tua
kita.Apabila nantinya ada keperluan,baik menelpon orang tua,perizinan keluar
atau apapun itu bisa langsung mendatangi ustadz yang ada.Dan biasanya sudah ada
bagian-bagian yang mengurus segala keperluan santri.Di setiap kamarpun ada satu
ustadz yang menjadi menemani sekaligus pembimbing kita.
Saya
termasuk golongan dhuafa waktu itu, sebagian teman saya ada yang sama seperti
saya ada pula yang yatim dan reguler. Semua kumpul jadi satu bagian satu
keluarga. Tak pandang kaya atau miskin, semua sama.Alhamdulillah Khusus dhuafa
dan yatim selain gratis biaya kami dapat uang bulanan pula.Semua itu diberikan
agar kami berjuang dan berhasil menjadi orang yang bermanfaat kelaknya.
Kegitan-kegiatan
di pondok sangatlah padat. Salah satunya halaqah qur’an. Dalam kegiatan ini
kami membentuk lingkaran kecil berjumlah sekitar sepuluh orang.untuk menghafal
qur’an dan wajib menyetorkannya kepada pembimbing kami. Jumlah kami kurang
lebih ada 120 orang, jadi dibagi menjadi beberapa kelompok.ada kelompok halaqah
takhasus dan ada pula yang biasa. Tiap hari kami mengahafal ayat demi ayat
halaman demi halaman.Kami terus berupaya agar kami bisa menjadi hafidz qur’an. Motto
pondok kami adalah “Al Qur’an In My Heart And Science In My Mind.” Jadi kami
disini dituntut menjadi penghafal dan berpengetahuan luas.
Selain
kegiatan rutin halaqah qur’an. Kami juga sekolah seperti biasa.Ada beberapa
kelas disini,dari mulai kelas VII A sampai dengan VII D. Pelajaran-pelajarannya
pun beragam,ada sisi agama maupun sisi pengetahuannya. Tetapi dominan kami
lebih menyukai pelajaran TIK di lab komputer, gak lain ya karena banyak
permainannya. Semua selalu tampak antusias dalam belajar sampai tidur di kelas
saking semangatnya. Setiap hari kami sekolah dan liburnya di hari Jum’at, karena
ini pondok jadi berbeda dengan sekolah luar.
Saya
punya banyak teman di pondok, tetapi ada beberapa yang paling dekat. Salah
satunya ada Ahmad Mundzir. dia salah satu teman dekat saya. Setiap perizininan
keluar ia selring dengan saya. Orangnya pun selalu membantu ketika ada temannya
sedang dalam masalah. Kami berdua saling kejar-kejaran prestasi di kelas, walau
dalam hal Al Qur’an dia lebih jauh melangkah di depan saya.
Ada
beberapa kejadian yang masih saya ingat sampai sekarang. Salah satunya ialah,anak
santri biasanya kalau sudah tak betah atau lagi nakal-nakalnya, muncullah dalam
benak mereka bagaimana caranya agar bisa kabur dari pondok. Mulai dari lompat
pagar sampai izin keluar melebihi batas hanya untuk main Play Station dan
warnet, bahkan ada juga yang sampai pulang ke rumah. Pada akhirnya kalau sudah
ketahuan, rambut menjadi sasaran empuk bagi ustadz-ustadz yang menghukum.
Saat itu, usai
pemberian kajian oleh salah satu ustadz. Ternyata ada banyak manfaat ketika
kita dalam ruang lingkup pondok.Yang pertama, setidaknya kita terlatih untuk
hidup mandiri, tak harus bergantung kepada orang tua. Yang kedua, kita di didik
sebagai kader-kader masa depan yang kelaknya akan menjadi pemimpin yang benar. Dan
yang ketiga, secara tak sadar kita punya keluarga baru.
Itulah yang
membedakan antara anak santri dengan anak-anak luar lainnya.Mereka yang hanya
belajar lalu pulang,mungkin akan sedikit mengetahui makna hidup. Tetapi insya
Allah kalau kita sudah pernah berada di pondok pesantren. Apapun pondoknya kita
pasti akan lebih mengetahui arti hidup itu sendiri.
Singkat
cerita, kami mengikuti ujian kelulusan atau yang biasa disebut ujian nasional
tingkat SMP. Ini yang akan menentukan lulus atau tidaknya dari selama 3 tahun
belajar. Hari-hari yang sudah terlewat tanpa tak meninggalkan kesan hari-hari yang
tak akan pernah terlupakan dalam hidup.
Pondok
Pesantren sudah menjadi bagian keluarga saya, sudah menjadi satu kesatuan yang
sulit dipisahkan. Banyak pelajaran berarti yang tidak akan pernah terlupakan. Mungkin
benar apabila kita masih di pondok selalu mengeluh ingin pulang atau tak betahlah.
Tapi nyatanya setelah keluar kitalah yang akan merindukan pondok,rindu akan
suasana kebersamaan yang sulit digambarkan.
Inilah
pondokku. Sebuah tempat yang sudah membentuk kepribadian dan tingkah laku saya
menjadi seperti sekarang ini. Terima kasih semua yang sudah membimbing dan
mendukung disetiap lika-liku saya. Ustadz-ustadz yang tak pernah lelah mendidik
kami dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya, semoga Allah balas jasa-jasamu
dengan balasan yang setimpal.
Sekarang
kami sudah besar, sudah waktunya bagi kami untuk melangkah lebih jauh lagi. Kami
harap do’a restumu agar tak tersesat di jalan yang salah. Semoga kami tumbuh menjadi
orang-orang besar yang nantinya bisa menjadi pemimpin bangsa yang adil dan
sesuai dengan tuntunan syariat islam.
“I miss Pondok
Pesantren Ibad Ar Rahman, salam dari kami santri-santrimu,” kataku dalam hati.
Posting Komentar