Sabtu, 14 Januari 2017

Kenangan Pondok Pesantren


Usai ujian nasional SD, waktunya bagi saya untuk mencari sekolah baru ke jenjang pendidikan SMP. Dari beberapa sekolah saya kunjungi, keputusan jatuh di sekolah negeri yang cukup bonafite di daerah Bekasi. Setelah beberapa hari datanglah brosur,bertuliskan Pondok Pesaantren dari salah satua teman saya.akhirnya orang tua memberikan usulan agar mondok saja.Sempat terpikir kala itu, ”kalau misalkan mondok, apa saja yang nantinya saya dapat?”. Tetapi, mungkin pilihan orang tua tidaklah salah.Mereka menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan bermanfaat bagi sesama. Dan akhirmya, keputusan saya bulat. Pondok sebagai jalan juang saya selanjutnya.
Mendengar kata ”Pondok Pesantren,” pasti sudah tak asing lagi ditelinga kita. Sebuah tempat dimana kita menimba ilmu agama dan bagaimana cara mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari. Tentunya banyak teman banyak pengalaman dan cerita khususnya yang akan didapat.Itupun terjadi padaku sewaktu mondok di Pandeglang. Nama saya Ari Yuwono Saputro, biasa disapa Ari oleh teman-teman.Saya berasal dari Bekasi,begitu dengan teman sejurusan.Kami berlima dari Bekasi berkelana ke daerah lain untuk menimba ilmu.
Pondok saya bernama Ibad Ar Rahman.Letaknya di Pandeglang,tepatnya di jalan Cikoromoy KM 01 Cimanuk Pandeglang Banten. Terbilang cukup jauh dari rumah, mungkin bisa memakan waktu tiga sampai empat jam untuk bisa sampai ke sini. Pondok ini disekelilingi bentangan sawah yang indah dan diapit dua gunung (gunung karang dan gunung pulosari) yang indah mempesona pemandangan yang selalu menawarkan keindahan disetiap mata memandang.Seperti inilah gambaran keadaan pondokku. Disini saya adalah santri angkatan pertama, jadi pondok saya ini masih baru,terlihat dari bangunanya yang masih bagus.
Awal saya mondok yaitu pada bulan Juli tahun 2010.Rasanya sedih campur senang.Sedih rasanya meninggalkan keluarga dan sanak saudara hanya untuk menuntut ilmu.Ya mau bagaimana lagi,selain mengharap restu orang tua dan lagipula usia saat itu menginjak 12 tahun,sudah sepatutnya pisah dengan orang tua.Senangnya karena dapat banyak teman baru disini,yang semua itu mencakup seluruh daerah nusantara.Ada yang dari Padang,Lampung,Nusa Tenggara Timur,Ambon dan masih banyak lagi.Satu hal yang terpenting lagi adalah bisa  melanjutkan pendidikan dengan biaya gratis,dari mulai asrama,sekolah,makan,dan fasilitas lain semua ditanggung oleh donatur kami.
Karena sudah berada di lingkup pondok,para ustadzlah yang menjadi pengganti orang tua kita.Apabila nantinya ada keperluan,baik menelpon orang tua,perizinan keluar atau apapun itu bisa langsung mendatangi ustadz yang ada.Dan biasanya sudah ada bagian-bagian yang mengurus segala keperluan santri.Di setiap kamarpun ada satu ustadz yang menjadi menemani sekaligus pembimbing kita.
Saya termasuk golongan dhuafa waktu itu, sebagian teman saya ada yang sama seperti saya ada pula yang yatim dan reguler. Semua kumpul jadi satu bagian satu keluarga. Tak pandang kaya atau miskin, semua sama.Alhamdulillah Khusus dhuafa dan yatim selain gratis biaya kami dapat uang bulanan pula.Semua itu diberikan agar kami berjuang dan berhasil menjadi orang yang bermanfaat kelaknya.
Kegitan-kegiatan di pondok sangatlah padat. Salah satunya halaqah qur’an. Dalam kegiatan ini kami membentuk lingkaran kecil berjumlah sekitar sepuluh orang.untuk menghafal qur’an dan wajib menyetorkannya kepada pembimbing kami. Jumlah kami kurang lebih ada 120 orang, jadi dibagi menjadi beberapa kelompok.ada kelompok halaqah takhasus dan ada pula yang biasa. Tiap hari kami mengahafal ayat demi ayat halaman demi halaman.Kami terus berupaya agar kami bisa menjadi hafidz qur’an. Motto pondok kami adalah “Al Qur’an In My Heart And Science In My Mind.” Jadi kami disini dituntut menjadi penghafal dan berpengetahuan luas.
Selain kegiatan rutin halaqah qur’an. Kami juga sekolah seperti biasa.Ada beberapa kelas disini,dari mulai kelas VII A sampai dengan VII D. Pelajaran-pelajarannya pun beragam,ada sisi agama maupun sisi pengetahuannya. Tetapi dominan kami lebih menyukai pelajaran TIK di lab komputer, gak lain ya karena banyak permainannya. Semua selalu tampak antusias dalam belajar sampai tidur di kelas saking semangatnya. Setiap hari kami sekolah dan liburnya di hari Jum’at, karena ini pondok jadi berbeda dengan sekolah luar.
            Saya punya banyak teman di pondok, tetapi ada beberapa yang paling dekat. Salah satunya ada Ahmad Mundzir. dia salah satu teman dekat saya. Setiap perizininan keluar ia selring dengan saya. Orangnya pun selalu membantu ketika ada temannya sedang dalam masalah. Kami berdua saling kejar-kejaran prestasi di kelas, walau dalam hal Al Qur’an dia lebih jauh melangkah di depan saya.
Ada beberapa kejadian yang masih saya ingat sampai sekarang. Salah satunya ialah,anak santri biasanya kalau sudah tak betah atau lagi nakal-nakalnya, muncullah dalam benak mereka bagaimana caranya agar bisa kabur dari pondok. Mulai dari lompat pagar sampai izin keluar melebihi batas hanya untuk main Play Station dan warnet, bahkan ada juga yang sampai pulang ke rumah. Pada akhirnya kalau sudah ketahuan, rambut menjadi sasaran empuk bagi ustadz-ustadz yang menghukum.
Saat itu, usai pemberian kajian oleh salah satu ustadz. Ternyata ada banyak manfaat ketika kita dalam ruang lingkup pondok.Yang pertama, setidaknya kita terlatih untuk hidup mandiri, tak harus bergantung kepada orang tua. Yang kedua, kita di didik sebagai kader-kader masa depan yang kelaknya akan menjadi pemimpin yang benar. Dan yang ketiga, secara tak sadar kita punya keluarga baru.
Itulah yang membedakan antara anak santri dengan anak-anak luar lainnya.Mereka yang hanya belajar lalu pulang,mungkin akan sedikit mengetahui makna hidup. Tetapi insya Allah kalau kita sudah pernah berada di pondok pesantren. Apapun pondoknya kita pasti akan lebih mengetahui arti hidup itu sendiri. 
Singkat cerita, kami mengikuti ujian kelulusan atau yang biasa disebut ujian nasional tingkat SMP. Ini yang akan menentukan lulus atau tidaknya dari selama 3 tahun belajar. Hari-hari yang sudah terlewat tanpa tak meninggalkan kesan hari-hari yang tak akan pernah terlupakan dalam hidup.
Pondok Pesantren sudah menjadi bagian keluarga saya, sudah menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Banyak pelajaran berarti yang tidak akan pernah terlupakan. Mungkin benar apabila kita masih di pondok selalu mengeluh ingin pulang atau tak betahlah. Tapi nyatanya setelah keluar kitalah yang akan merindukan pondok,rindu akan suasana kebersamaan yang sulit digambarkan.
Inilah pondokku. Sebuah tempat yang sudah membentuk kepribadian dan tingkah laku saya menjadi seperti sekarang ini. Terima kasih semua yang sudah membimbing dan mendukung disetiap lika-liku saya. Ustadz-ustadz yang tak pernah lelah mendidik kami dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya, semoga Allah balas jasa-jasamu dengan balasan yang setimpal.
Sekarang kami sudah besar, sudah waktunya bagi kami untuk melangkah lebih jauh lagi. Kami harap do’a restumu agar tak tersesat di jalan yang salah. Semoga kami tumbuh menjadi orang-orang besar yang nantinya bisa menjadi pemimpin bangsa yang adil dan sesuai dengan tuntunan syariat islam.
“I miss Pondok Pesantren Ibad Ar Rahman, salam dari kami santri-santrimu,” kataku dalam hati.


About the Author

ari

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Posting Komentar

 
Arrie Saputro © 2015 - Designed by Templateism.com | Distributed By Blogger Templates