Senin, 27 Februari 2017



Banjir memang sudah menjadi hal yang wajar bagi kita. Tiap hujan mengguyur dengan curah yang tinggi sudah dipastikan banjir menanti. Terlebih sedang pada musimnya, sudah tak bisa dibayangkan akan seperti apa jadinya. Parahnya tiap tahun terus terulang dan terus terulang kejadian seperti ini.

Dari dulu banjir selalu jadi persoalan yang tak ada habisnya. Hampir setiap stasiun televisi selalu meliput fenomena ini tiap kali terjadi banjir. Dari mulai rumah warga yang terendam, bangunan sekolah yang tak bisa dipakai sampai petani yang gagal panen akibat dari banjir yang tak berkesudahan. Ini yang menjadi PR untuk kita semua ke depannya.

Lagipula siapa yang mesti disalahkan lagi selain kita yang tak peduli akan sekitar. Lihat orang buang sampah sembarangan, kita ikut-ikutan buang. Satu orang mempraktekkan lima puluh lainnya mengikuti dari belakang. Dari yang seperti itu nantinya, saluran air akan tersumbat dan ketika hujan turun, tinggal menunggu tenggelamnya saja deh. Padahal disekitar kita sudah banyak tong sampah yang bisa jadi wadah.

Perlu diingat pula, banjir yang selama ini meresahkan warga tak jarang merugikan banyak pihak. Dan warga pun meminta pada pemerintah akan penanganan masalah banjir agar tak terjadi lagi. Kalau banjir yang tak kunjung surut, dari pemerintah hanya bisa membantu sekedar bahan pangan dan mungkin pakaian layak.

Huh, mau sampai kapan lagi tragedi seperti ini terus terulang bung. Sadarlah sadar kawan. Kasihan anak cucu kita nanti, generasi muda kelak, kalau kita tak membiasakan buang samapah pada tempatnya. Apa sulitnya sih buang sampah buang sampah pada tong sampah. Kejauhan? No! Mungkin kawan saja yang malas.

Ok! Daripada terlalu lama berbincang masalah ini, Gue mau kasih tips buat kawan-kawan semua. Tips apaan emangnya yang gue punya? Hehe, yaitu “3 Tis Tindakan Menjaga Sekitar Agar Terhindar dari Banjir”. Setidaknya, tips yang gue berikan ini bisa menyadarkan kita semua untuk lebih care terhadap lingkungan. Ok, ini dia tipsnya.

  1. Biasakan Buang Sampah Pada Tempatnya
Walaupun terdengar sepeleh. Tapi sangat bahaya loh bila dibiarkan terus-menerus dan menjadi budaya di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kita harus stop mulai dari sekarang dan mulai buang sampah pada tempatnya. Mulailah dari diri sendiri, lalu tularkan pada orang lain. Kalau semisal tak menemukan tong sampah di jalan, masukkan dulu sampah kita ke kantung dan buanglah ketika sudah menemukan tong sampah. Ok, mudah kan! Mulailah dari sekarang dan dari diri sendiri.
  1. Hindari Penggunaan Bahan Plastik Secara Berlebihan
Perlu diketahui, bahan plastik yang sering kita gunakan sehari-hari sangat sulit teruai oleh tanah. Dan ini pun, yang menyebabkan sampah-sampah tertumpuk dan sungai tercemar.  Ayo, kurangi pemakaian bahan plastik agar lingkungan kita tak tercemar.
  1. Sama-sama Tanam Pohon
Tak hanya dikenal sebagai sebagai paru-paru dunia, ternyata pohon banyak manfaat bagi alam sekitar. Pentingnya bagi kita semua untuk penanaman kembali. Banyak pohon yang ditebang harus pula diikuti penanaman yang banyak. Karena pohon dapat sekiranya menyerap air hujan yang turun dalam jumlah banyak. 

Mungkin 3 tips ini yang bisa gue sarankan untuk kita semua. Selebihnya perbuatan kita yang menentukan sekitar. Ingat baik-baik, alam baik kalau kita baik dan alam jahat kalau kita pun jahat padanya. So, ayo kita sama-sama buat perubahan pada diri sendiri, ubah mindset kita lalu tularkan pada sesama. Nah, bisa dibayangkan kalau kita semua sama-sama mempraktekkan 3 tips ini kan. Insya Allah masalah banjir akan segera surut secara  perlahan.

3 Tips dari Gue Dalam Bertindak Mencegah Banjir




Nenek selalu digambarkan dengan seorang wanita tua dengan segala keterbatasan yang ada. Mungkin benar bila dikatakan seperti itu, tapi patut diketahui pula seorang nenek tak selalu digambarkan dengan kesusahan. Ada beberapa kekuatan magic di balik sosok nenek. Seperti gambar di atas, yaitu nenekku yang tak pernah mengeluh walau tinggal seorang diri.

Kali ini aku akan menceritakan  perjalanan satu hari bersama nenek. Perjalanan kami sekeluarga (ayah, ibu, aku dan dua adikku) dari Klaten menuju Wonogiri tepatnya Batu Retno. Kami bergegas berangat dengan mobil saudara dengan cuaca yang kurang bersahabat. Rabu (11/01) sore.

Mengitari berbagai tempat di Jawa Tengah memang mengasyikkan. Satu tempat ke tempat lainnya tak luput dari keindahan. Pemandangan matahari terbenam di balik deretan gunung menambah takjub yang perlu disyukuri. Liburan berkunjung ke rumah nenek di semester awal ini jadi kenangan pertama bagiku. 

Jalan dari Solo menuju Wonogiri memang sudah terbilang bagus untuk dilalui. Terlihat dari lalu lintas yang terpantau lancar. Tetapi memasuki jalur kecil menuju pelosok masih kurang bagus untuk dilalui, mungkin karena akses jalan yang jarang digunakan.

Mamasuki kota Wonogiri aku sempat kaget dibuatnya. Banyak yang berbeda dari kota-kota yang pernah ku kunjungi sebelumnya. Memang daerah Wonogiri di kenal dengan pohon jatinya yang sangat banyak. Gunung semua sebagian besar ditanami jati. Belum lagi suasanya yang masih asri karena masih belum banyak kendaraan.

Daerah batu retno tempat nenek berada memang terbilang jauh dari pusat kota. Memakan waktu yang cukup banyak untuk bisa sampai ke rumahnya. Tapi, tak mengendurkan semangat kami dalam perjalanan ke sana.

Setelah tiga jam terlewati akhirnya kami sekeluarga sampai. Rumah nenek masih sama seperti yang terakhir kali ku lihat, hanya saja bagian dapur sudah di roboh. Entah kenapa, aku tak terlalu memperdulikan. Dan kalau di perhatikan jarak antar rumah berjauhan dengan dikelilingi pepohonan yang tinggi menjulang.

Setelah bersalaman dengan nenek, kami masuk bersama ke dalam karena hari juga sudah gelap. Berbenah barang sebentar lalu mengambil air wudhu tuk sholat. Seusai itu, bercengkerama sebentar dengan nenek melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu, kemudian terlelap melepas letih.

Keesokkan harinya, Kamis (12/01), kami mulai berkeliling desa melihat pemandangan wonogiri. Melihat aset pohon jati yang dimiliki nenek sambil sesekali bercanda. “Kalau dijual semua aset pohon jati milik mbah, mungkin bisa dapet belasan juta”,kata ibuku sembari berjalan. Dalam hatiku, “kisaran harga daerah desa mungkin ya, beda kalau di jual di kota”.

 
Seusai berkeliling, kami meyantap makanan bersama nenek sambil minum air kelapa asli sangatlah menyegarkan. Terlebih pohon kelapa punya nenek, yang buahnya banyak. Ingat, kelapa di sini banyak di gunakan kehidupan sehari-hari. Dan biasanya nenek menggunakan kelapa yang sudah tua sebagai bahan bakar untuk memasak.

Nenek yang usianya sudah mencapai sekitar 80 tahun masih kuat menjalani hidup walau tak didampingi anak-anaknya. Dia rela anaknya tumbuh di luar sana bahagia bersama keluarga kecilnya. Tak pernah mengeluh sudah menjadi wataknya.

Sore tiba, kami sekeluarga berpamitan dengan nenek. Walau sebentar tapi terasa kebahagiaan bagi kami. Untuk selanjutnya, semoga kami masih diberi kesempatan berkunjung ke rumah nenek. Sambil melihat pemandan yang terlihat dari balik kaca mobil, kami pun pulang.







Menghabiskan Sehari di Wonogiri With Nenek

 
Arrie Saputro © 2015 - Designed by Templateism.com | Distributed By Blogger Templates