Senin, 27 Februari 2017

Menghabiskan Sehari di Wonogiri With Nenek




Nenek selalu digambarkan dengan seorang wanita tua dengan segala keterbatasan yang ada. Mungkin benar bila dikatakan seperti itu, tapi patut diketahui pula seorang nenek tak selalu digambarkan dengan kesusahan. Ada beberapa kekuatan magic di balik sosok nenek. Seperti gambar di atas, yaitu nenekku yang tak pernah mengeluh walau tinggal seorang diri.

Kali ini aku akan menceritakan  perjalanan satu hari bersama nenek. Perjalanan kami sekeluarga (ayah, ibu, aku dan dua adikku) dari Klaten menuju Wonogiri tepatnya Batu Retno. Kami bergegas berangat dengan mobil saudara dengan cuaca yang kurang bersahabat. Rabu (11/01) sore.

Mengitari berbagai tempat di Jawa Tengah memang mengasyikkan. Satu tempat ke tempat lainnya tak luput dari keindahan. Pemandangan matahari terbenam di balik deretan gunung menambah takjub yang perlu disyukuri. Liburan berkunjung ke rumah nenek di semester awal ini jadi kenangan pertama bagiku. 

Jalan dari Solo menuju Wonogiri memang sudah terbilang bagus untuk dilalui. Terlihat dari lalu lintas yang terpantau lancar. Tetapi memasuki jalur kecil menuju pelosok masih kurang bagus untuk dilalui, mungkin karena akses jalan yang jarang digunakan.

Mamasuki kota Wonogiri aku sempat kaget dibuatnya. Banyak yang berbeda dari kota-kota yang pernah ku kunjungi sebelumnya. Memang daerah Wonogiri di kenal dengan pohon jatinya yang sangat banyak. Gunung semua sebagian besar ditanami jati. Belum lagi suasanya yang masih asri karena masih belum banyak kendaraan.

Daerah batu retno tempat nenek berada memang terbilang jauh dari pusat kota. Memakan waktu yang cukup banyak untuk bisa sampai ke rumahnya. Tapi, tak mengendurkan semangat kami dalam perjalanan ke sana.

Setelah tiga jam terlewati akhirnya kami sekeluarga sampai. Rumah nenek masih sama seperti yang terakhir kali ku lihat, hanya saja bagian dapur sudah di roboh. Entah kenapa, aku tak terlalu memperdulikan. Dan kalau di perhatikan jarak antar rumah berjauhan dengan dikelilingi pepohonan yang tinggi menjulang.

Setelah bersalaman dengan nenek, kami masuk bersama ke dalam karena hari juga sudah gelap. Berbenah barang sebentar lalu mengambil air wudhu tuk sholat. Seusai itu, bercengkerama sebentar dengan nenek melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu, kemudian terlelap melepas letih.

Keesokkan harinya, Kamis (12/01), kami mulai berkeliling desa melihat pemandangan wonogiri. Melihat aset pohon jati yang dimiliki nenek sambil sesekali bercanda. “Kalau dijual semua aset pohon jati milik mbah, mungkin bisa dapet belasan juta”,kata ibuku sembari berjalan. Dalam hatiku, “kisaran harga daerah desa mungkin ya, beda kalau di jual di kota”.

 
Seusai berkeliling, kami meyantap makanan bersama nenek sambil minum air kelapa asli sangatlah menyegarkan. Terlebih pohon kelapa punya nenek, yang buahnya banyak. Ingat, kelapa di sini banyak di gunakan kehidupan sehari-hari. Dan biasanya nenek menggunakan kelapa yang sudah tua sebagai bahan bakar untuk memasak.

Nenek yang usianya sudah mencapai sekitar 80 tahun masih kuat menjalani hidup walau tak didampingi anak-anaknya. Dia rela anaknya tumbuh di luar sana bahagia bersama keluarga kecilnya. Tak pernah mengeluh sudah menjadi wataknya.

Sore tiba, kami sekeluarga berpamitan dengan nenek. Walau sebentar tapi terasa kebahagiaan bagi kami. Untuk selanjutnya, semoga kami masih diberi kesempatan berkunjung ke rumah nenek. Sambil melihat pemandan yang terlihat dari balik kaca mobil, kami pun pulang.







About the Author

ari

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Posting Komentar

 
Arrie Saputro © 2015 - Designed by Templateism.com | Distributed By Blogger Templates